Halaman

Pemilu Pakai Fisika

Fisika dan Pemilu? Aneh apa hubungannya? Apa mungkin Fisika
dihubungkan dengan Pemilu? Fisika kan ilmu eksak, sedangkan pemilu itu
berhubungan dengan ilmu sosial, mana mungkin bisa nyambung? Pertanyaan ini
mungkin bisa muncul dibenak kita semua. Namun dengan semakin berkembangnya
ekonofisika dan sosiofisika, hubungan ini jadi mungkin. Ayo kita lihat bagaimana
hubungan fisika dan pemilu itu.
Pemilu 2004 merupakan pesta demokrasi. Seluruh rakyat berbondongbondong
ke tempat pemungutan suara untuk menentukan masa depan negara. Satu hal
yang menarik dari pemilu 2004 adalah pemilu ini merupakan pemilu langsung. Tiap
orang mencoblos tidak hanya logo partai, tapi juga orang-orang yang akan duduk di
kursi legislatif (Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Daerah) serta kursi
eksekutif (kursi presiden dan wakil presiden). Sudah satu jenjang pemilu yang kita
ikuti, yaitu pemilihan legislatif, sekarang kita akan memasuki pemilihan eksekutif
yang tentu menyimpan fenomena yang sangat menarik untuk diamati. Jika
pergerakan saham menjadi fokus perhatian ekonofisika (econophysics), maka
pemungutan suara dan pemilu bisa merupakan salah satu pusat perhatian sosiofisika
(sociophysics).
Bagaimana fisika memandang pemilu 2004? Informasi apa yang bisa kita
ambil dari susunan perolehan suara yang ada? Angka-angka perolehan suara tiap
partai dan tiap calon anggota DPD tentu menyimpan makna yang menarik untuk
dibedah. Di luar analisis statistika yang berkembang saat ini, fisika mempunyai
metode mekanika statistik yang menarik untuk menganalisis data-data perolehan
suara. Metode ini sudah biasa digunakan dalam ekonofisika.
Para ahli statistik tahu bahwa semua data memiliki sifat distribusi. Distribusi
yang paling terkenal adalah distribusi Gaussian yang sering disebut distribusi acak.
Artinya jika sistem itu mempunyai sifat acak yang tinggi maka distribusinya
cenderung Gaussian. Bentuk distribusi ini seperti bentuk sebuah bel.
Distribusi lain adalah distribusi power-law (distribusi hukum pangkat).
Distribusi ini dinyatakan dalam persamaan sederhana P(x) ~ x-a (x pangkat minus a)
dengan a merupakan suatu bilangan konstan. Pada distribusi ini terjadi kesenjangan

distribusi, populasi tidak tersebar merata, ada bagian yang populasinya sangat banyak,
tetapi ada bagian yang populasinya sangat sedikit.
Sifat distribusi power-law ini dapat ditemukan dalam peristiwa fisika
terutama yang berhubungan dengan keadaan kritis. Misalnya air pada suhu 374
derajat Celsius dan tekanan sekitar 220 atm. Pada kondisi ini air berada pada kondisi
kritis yaitu antara cair dan gas. Ketika suhu air dinaikkan sedikit saja, massa jenis,
kompresibilitas dan viskositas air ini akan berubah secara drastis mengikuti powerlaw
(hukum pangkat). Apa yang menyebabkan demikian? Disini molekul-molekul air
melakukan tindakan mengatur dirinya (self-organizing critically) untuk mengubah
massa jenis, kompresibilitas, dan viskositas air tersebut.
Per Bak, seorang fisikawan Denmark mengatakan bahwa sifat pengaturan diri
sendiri ini terjadi pada semua sistem yang berada pada keadaan kritis. Sebagai
illustrasi ia mengatakan bahwa ketika pasir dituangkan diatas permukaan lantai, pasir
akan membentuk suatu bukit kecil. Bukit ini makin lama makin tinggi sampai suatu
ketinggian tertentu. Setelah itu terjadi keanehan. Kemiringan bukit ini tidak berubah
walaupun bukit bertambah tinggi. Menurut Per Bak setelah bukit mencapai suatu
kemiringan tertentu (kondisi kritis), pasir-pasir akan mengatur dirinya sedemikian
sehingga kemiringan bukit tidak berubah. Alam ternyata dilengkapi sang pencipta
dengan kemampuan mengatur diri ketika berada dalam keadaan kritis.
Sifat power-law yang berhubungan dengan pengaturan diri dalam kondisi
kritis ini terjadi pada berbagai fenomena lain seperti distribusi kekayaan (orang kaya
makin kaya dan orang miskin tambah miskin), populasi kota-kota (kota-kota tertentu
sangat banyak penduduknya, kota lain sangat kurang) dan situs-situs internet (ada
situs yang sangat banyak diakses tetapi situs lain sangat kurang). Disini orang
mengatur dirinya untuk memilih daerah-daerah atau hal-hal yang lebih menyenangkan
dan memberikan keuntungan.
Sifat pengaturan diri ini terdapat juga pada mereka yang sering berpikir
positif. Ketika di pagi hari kita berkata bahwa hari ini sangat indah dan
membahagiakan, maka terjadi suatu pengaturan diri yang membuat hari ini menjadi
indah dan membahagiakan. Sebaliknya ketika kita berpikir negatif, kusut, dan sial.
Yang terjadi adalah demikian. Jadilah seperti apa yang kita percayai.

Menakjubkan! Sifat pengaturan diri pada kondisi kritis ini juga ditemui dalam
distribusi hasil pemilu 2004 dan 1999. Ini terlihat dari sifat power-law data hasil
pemilu ini. Jika kita gambarkan grafik kemungkinan sebuah kontestan pemilu untuk
memperoleh sejumlah suara sebagai fungsi jumlah suara tersebut, kita dapatkan
grafiknya berupa power law, di mana bilangan pangkatnya mendekati satu. Jika
digambarkan dalam skala logaritma grafik ini akan berbentuk garis lurus dengan
kemiringan garis menyatakan pangkat dari power law ini. Kemiringan grafik ini a
=1.632 untuk tahun 1999 dan a=1.41 untuk tahun 2004 (lihat gambar). Hasil ini
menceritakan pada kita bahwa dalam pemilu ini masyarakat mengatur diri (self
organizing) untuk memilih partai sesuai yang dikehendakinya. Dengan kata lain
pemilu bersifat demokratis (masyarakat memilih sesuai dengan kebebasannya).
Semakin pangkat power-law-nya mendekati satu (a = 1) semakin demokratis pemilu
tersebut.
Dilihat dari nilai bilangan pangkatnya, pemilu 2004 tampak lebih demokratis
dibandingkan dengan pemilu 1999. Namun perbedaan ini tidak terlalu banyak. Ada
dua hal yang kita bisa analisa dari hasil ini yaitu pertama, pola yang hampir sama
dari kedua distribusi tersebut menunjukkan bahwa pandangan masyarakat terhadap
keberadaan partai politik tersebut tidak berbeda jauh untuk tahun 1999 dan 2004. Hal
ini sebenarnya cukup memberikan tanda tanya karena telah terjadi perubahan yang
cukup besar dalam aturan pemilu 2004 relatif terhadap 1999. Pemilu 2004 memilih
calon wakil rakyatnya secara langsung sedangkan pemilu 1999 tidak. Kesimpulan
yang kita bisa ambil adalah bahwa rakyat masih kurang memahami perbedaan sistem
pemilu tidak langsung (1999) dan langsung (2004).
Kedua, distribusi power-law dalam pemilu tersebut menunjukkan bahwa
kedua pemilu tersebut telah mengkondisikan masyarakat pada keadaan kritis, dimana
masyarakat diminta untuk menentukan pilihannya berdasarkan kehendaknya. Jadi
disini masyarakat mengatur dirinya untuk memilih sesuai dengan keinginannya
(demokratis). Sehingga kita boleh katakan bahwa pemilu 1999 dan 2004 memang
cukup demokratis. Jadi, meskipun pemahaman rakyat atas partai politik yang
dipilihnya dalam pemilu tidak terlihat begitu jauh berbeda, namun sifat power-law
pada kedua pemilihan tersebut telah menunjukkan bahwa keduanya tetap
menunjukkan bahwa kedua pemilu cukup demokratis.

Dengan analisis yang sama kita melihat bahwa pemilihan suara calon anggota
DPD ternyata lebih demokratis lagi. Ini ditunjukkan dari sifat power-law pada
distribusi perolehan suara calon anggota DPD yang bilangan pangkatnya sama dengan
satu.
Pemilihan Presiden mendatang
Berdasarkan sifat self-organizing critically atau sifat pengaturan diri pada kondisi
kritis, pada pemilihan presiden nanti dapat diprediksi bahwa presiden yang terpilih
adalah orang yang paling banyak melakukan sosialisasi ke masyarakat luas baik
melalui media massa, maupun melalui kunjungan-kunjungan atau tatap muka
langsung. Melalui sosialisasi ini masyarakat akan dikondisikan pada keadaan kritis
untuk menentukan pilihannya. Pada kondisi kritis masyarakat akan mengorganisasi
dirinya (self organizing) untuk memilih orang yang dianggapnya paling
memperhatikan dia atau orang yang paling sering ia lihat baik gambarnya ataupun
fisiknya secara langsung. Untuk para calon presiden, selamat berkampanye sebanyakbanyaknya.
(Yohanes Surya)

Sederhana dan Kompleks

Kapan suatu hal disebut sederhana? Dan kapan suatu hal disebut kompleks?
Apa yang menjadi kriteria utama dalam membedakan keduanya?
Apa yang merupakan elemen paling sederhana di dunia ini? Nenek
moyang kita merumuskan sesuatu yang saat ini pun masih kita yakini. Menurut
mereka hanya ada empat unsur atau elemen yang paling sederhana dan menjadi
dasar yang menyusun dunia kita. Keempat elemen itu adalah Udara (Air), Api
(Fire), Air (Water), dan Tanah (Earth). Inilah The Four Basic Elements of The
World. Nenek moyang kita percaya bahwa segala hal di dunia ini tersusun dari
keempat elemen tersebut. Konsep ini begitu universal dan diterima di seluruh
dunia. Tidak ada yang lebih sederhana dari keempat elemen itu. Bahkan sampai
saat ini pun kita masih menganggap bahwa keempatnya merupakan elemenelemen
terpenting yang menyusun bumi ini.
Tetapi seiring dengan berjalannya waktu dan berkembangnya ilmu
pengetahuan, manusia mulai menemukan bahwa keempat elemen dasar tersebut
ternyata bukan merupakan elemen yang paling dasar. Manusia tetap meyakini
bahwa udara, api, air, dan tanah merupakan unsur-unsur paling penting di bumi ini,
tetapi kini mereka juga menyadari bahwa semua elemen dasar tersebut masih
tersusun lagi dari bagian-bagian kecil yang tidak dapat dilihat mata telanjang.
Partikel-partikel kecil penyusun semua elemen di dunia ini kemudian disebut
atom. Sejak ditemukannya, manusia meyakini bahwa atom merupakan elemen
fundamental. Ini berarti bahwa tidak ada yang lebih kecil dan lebih sederhana dari
atom. Sampai tahun 1900-an manusia masih meyakini bahwa atom adalah bolabola
kecil tunggal yang tidak tersusun dari partikel-partikel lain yang lebih kecil.
Ilmu pengetahuan terus berkembang dan akhirnya menemukan fakta yang
lebih mengejutkan lagi. Atom bukanlah yang terkecil! Ternyata semua atom
tersusun dari inti atom yang dikelilingi oleh awan elektron. Belakangan ilmu
pengetahuan yang terus berkembang pesat juga berhasil membuka rahasia inti
atom yang ternyata masih tersusun lagi oleh partikel-partikel yang lebih kecil.
Partikel-partikel penyusun inti atom ini adalah proton dan netron. Penemuan
menggemparkan ini sekali lagi mengubah kepercayaan masyarakat yang
sebelumnya meyakini bahwa atom merupakan partikel fundamental. Sejak itu
proton dan netron diyakini sebagai yang terkecil dan yang paling dasar yang
menyusun semua materi. Tidak ada yang lebih kecil dari proton dan netron.
Benarkah ini?
Sudah berapa kali manusia menyatakan suatu elemen atau partikel sebagai
yang paling dasar dan paling sederhana? Sudah berapa kali manusia membuktikan
bahwa ada yang lebih kecil lagi? Setiap kali kita mulai mempercayai dan
menerima konsepnya, kita justru dikejutkan lagi oleh penemuan baru yang
menyatakan bahwa konsep yang sudah kita percayai itu tidak sepenuhnya benar.
Ternyata setiap kali selalu ada bagian lain yang lebih kecil dan lebih sederhana
lagi. Dan benar saja! Proton dan netron bukanlah yang fundamental yang tanpa
struktur. Teknologi yang semakin canggih berhasil membedah proton dan netron
dan menemukan partikel-partikel penyusunnya. Partikel-partikel penyusun proton
dan netron ini kemudian dikenal sebagai kuark (quarks).
Menurut teori Model Standar, dunia atau alam semesta ini tersusun dari
kuark dan lepton. Ada enam macam kuark, yaitu kuark up (disingkat u), down (d),
strange (s), charm ©, beauty (b) dan top (t). Ada juga enam macam lepton, yaitu
elektron (e), muon (μ), tau (τ), neutrino-elektron (νe), neutrino-muon (νμ) dan
neutrino-tau (ντ). Masing-masing lepton dan kuark memiliki antipartikel yang
memiliki massa yang sama dengan partikelnya, tetapi memiliki muatan listrik
yang berlawanan.
Keduabelas partikel ini mempunyai massa yang berbeda. Umumnya
partikel-partikel ini dikelompokkan ke dalam tiga kelompok (tiga generasi).
Generasi pertama merupakan kelompok partikel yang memiliki massa yang paling
ringan. Generasi pertama ini terdiri dari kuark u, kuark d, neutrino-elektron, dan
elektron. Partikel-partikel generasi kedua memiliki massa lebih besar dari generasi
pertama. Generasi ini meliputi dari kuark c, kuark s, neutrino-muon, dan muon.
Generasi ketiga merupakan kelompok yang memiliki massa yang paling besar.
Partikel-partikel yang termasuk generasi ketiga adalah kuark t, kuark b, neutrinotau,
dan tau. Partikel-partikel di generasi pertama merupakan partikel-partikel
stabil. Partikel-partikel inilah yang menyusun benda-benda yang teramati.
Partikel-partikel yang termasuk generasi kedua dan ketiga merupakan partikelpartikel
yang tidak stabil. Partikel-partikel ini akan meluruh dalam waktu singkat
dan menjadi partikel generasi pertama.
Menurut teori Model Standar kuark memuliki muatan lain selain muatan
listrik. Muatan lain ini adalah yang muatan yang disebut color. Kuark selalu
ditemukan berpasangan dalam kelompok partikel yang dinamakan meson (terdiri
dari kuark dan antikuark) dan baryon (terdiri dari 3 kuark). Ini berbeda dengan
lepton yang dapat berdiri sendiri atau tidak berpasangan. Muatan color pada kuark
merupakan salah satu penyebab karakteristik ini.
Apakah penemuan kuark menandai bahwa kita sudah sampai di akhir
perjalanan? Inikah partikel fundamental yang selama ini kita cari-cari? Benarkah
kuark merupakan partikel yang paling kecil yang tanpa struktur? Ataukah masih
ada lagi partikel lain yang lebih kecil dan menjadi penyusun kuark? Jika ya, saat
ini kita masih belum menemukan partikel tersebut. Kita masih belum bisa
membuktikan keberadaannya. Jadi, untuk sementara kita menerima dan meyakini
konsep bahwa kuark merupakan yang paling sederhana, sampai ada yang berhasil
menemukan bahwa kuark tersusun dari partikel-partikel yang lebih fundamental
lagi.
Saat manusia menemukan bahwa The Four Basic Elements bukanlah
merupakan yang paling basic, terjadi banyak perubahan dalam kehidupan manusia.
Begitu pula saat ilmu pengetahuan berhasil menguak bagian-bagian penyusun
atom. Banyak teknologi canggih yang tercipta akibat penemuan elemen-elemen
kecil dan sederhana ini. Teknologi pun semakin maju dan terkesan semakin
kompleks saat ditemukannya kuark. Semakin kecil partikel yang berhasil
ditemukan, semakin hebat perkembangan teknologi yang bisa dicapai.
Ini berarti semakin kecil ukuran partikel semakin besar dampaknya bagi
kehidupan manusia. Semakin kecil partikel semakin kompleks teknologi yang
dapat dilahirkan. Segala sesuatu yang besar selalu berasal dari sesuatu yang kecil
dan sederhana. Ternyata sesuatu yang begitu kecil dan sederhana ini dapat
mengakibatkan efek yang besar dan dahsyat. Seperti ungkapan Kecil-kecil Cabe
Rawit, sesuatu yang berukuran mikro justru dapat memberi dampak makro.
Sesuatu yang sederhana menciptakan sesuatu yang kompleks. Inilah yang menjadi
konsep dasar Teori Chaos. Semua materi di dunia bisa terbentuk karena adanya
Bagaimana yang kecil ini bisa menghasilkan sesuatu yang besar dan kompleks?
Kuark dan lepton berkumpul dan saling berinteraksi sehingga terbentuk
proton dan netron. Proton dan netron ini kemudian saling tersusun lagi dengan
berbagai aturan sehingga terbentuk atom-atom yang berbeda-beda. Atom-atom ini
kemudian saling berinteraksi lagi sehingga terbentuk berbagai ikatan (ionik
maupun kovalen) kimia yang melahirkan molekul-molekul. Molekul atau senyawa
ini kemudian berkumpul dan tersusun sebagai suatu sistem campuran yang kita
lihat sebagai benda-benda di sekeliling kita. Benda-benda itu saling tersusun lagi
membentuk planet-planet, dan planet-planet saling berinteraksi membentuk suatu
sistem tata surya. Sistem tata surya yang satu berinteraksi dengan sistem tata surya
yang lain sehingga membentuk suatu galaksi. Galaksi-galaksi membentuk jagad
raya. Bayangkan saja! Semua yang kompleks ini diawali oleh partikel-partikel
yang (saat ini kita yakini) terkecil.
Suatu buku yang tebal tersusun dari banyak bab yang tersusun dari
berbagai paragraf, yang tersusun lagi dari kalimat-kalimat yang panjang maupun
pendek. Kalimat-kalimat tersebut tersusun lagi dari begitu banyak kata dalam
bahasa yang kita gunakan sebagai alat komunikasi ini. Kata-kata tersebut
terbentuk dari huruf-huruf yang disusun dan diatur sedemikian rupa sehingga
terlihat rapi dan membentuk kata-kata indah. Huruf-huruf tersebut pun tersusun
dari titik-titik (dots) yang saling terhubungkan satu sama lain menurut aturanaturan
tertentu. Titik-titik inilah yang bertanggung jawab dalam menghasilkan
bentuk-bentuk huruf, angka, dan gambar yang terdapat dalam buku tersebut. Titiktitik
inilah yang merupakan bagian fundamental atau yang paling dasar dalam
sebuah buku.
Sistem yang terlihat kompleks itu sebenarnya melibatkan suatu keteraturan
(regularity) dalam ketidakberaturan (irregularity). Segala hal di dunia ini
mematuhi suatu aturan tertentu. Aturan-aturan inilah yang bertanggung jawab
dalam membentuk sistem yang besar dan kompleks. Aturan-aturan ini melibatkan
hukum-hukum yang sederhana. Inilah yang menjadi inti dalam Fisika. Fisika
selalu berusaha untuk menjelaskan segala sesuatu yang kompleks menggunakan
aturan-aturan yang sederhana (Simple Laws with Complex Behavior). Dengan
aturan-aturan dasarnya yang sederhana ini Fisika berhasil menjelaskan reaksireaksi
kimia, aliran listrik, gaya tarik magnet, gaya tarik gravitasi, metabolisme
sel-sel biologi pada makhluk hidup, cara kerja tubuh manusia dan makhluk hidup
lainnya, perubahan cuaca, pola aliran fluida, kelakuan fluida yang mengalami
turbulensi, meramalkan proses terbentuknya galaksi dan alam semesta,
menjelajahi sistem tata surya kita yang begitu kompleks, dan bahkan menjelaskan
interaksi antara partikel-partikel fundamental penyusun alam ini dalam mekanika
kuantum. Semuanya berasal dari teori-teori yang membeberkan aturan-aturan
sederhana yang dikemukakan oleh fisikawan-fisikawan besar dunia, seperti
Newton dengan tiga hukum geraknya, Bohr dengan teori atomnya, dan Enstein
dengan teori relativitasnya.
Sewaktu kita mulai memanfaatkan fisika dalam usaha memahami dunia ini,
kita sebenarnya hanya menggabungkan aturan-aturan sederhana yang semuanya
saling berikatan menghasilkan sistem yang kompleks. Ini sama seperti bermain
Lego. Sewaktu kita bermain dengan blok-blok Lego yang kecil-kecil itu kita bisa
membangun berbagai bentuk yang besar dan kompleks. Semakin kecil blok-blok
lego yang kita gunakan semakin banyak variasi bentuk yang bisa kita ciptakan.
Konsep inilah yang dimanfaatkan dalam teknologi yang sedang ramai dibicarakan
di seluruh dunia: Nanoteknologi.
Istilah nano berasal dari kata Nanos (Bahasa Yunani) yang berarti 10-9
(satu per satu milyar). 1 nanometer (nm) sama dengan 10-9 meter. Nanoteknologi
merupakan teknologi yang melibatkan atom dan molekul dengan ukuran lebih
kecil dari 1000 nanometer. Itu berarti ukurannya bisa mencapai 100.000 kali lebih
kecil dari diameter sehelai rambut manusia. Super kecil, super mungil!
Karakteristik dari semua benda sangat bergantung pada susunan atom-atomnya.
Atom-atom yang terdapat dalam batubara sama persis dengan atom-atom yang
terdapat dalam berlian (diamond) yang indah. Yang berbeda adalah susunan
strukturnya (yaitu aturan yang menentukan interaksi antar partikel-partikel
penyusunnya) saja. Atom-atom dalam partikel pasir sangat mirip dengan atomatom
dalam chip komputer yang canggih. Bahkan atom-atom penyusun air, udara,
dan partikel debu sebenarnya sama dengan atom-atom dalam sebuah kentang!
Sedikit saja susunan struktur atomnya diubah, karakteristik suatu benda bisa
berubah drastis. Inilah konsep utama dalam nanoteknologi. Dengan nanoteknologi,
batubara dan grafit dapat kita susun ulang atom-atomnya sehingga menjadi berlian
yang berkilau indah! Semua yang dilakukan dalam nanoteknologi adalah
mengutak-atik partikel-partikel fundamental yang sangat kecil dan sederhana tadi.
Hasil utak-atik itu merupakan sistem kompleks yang sangat besar dan sangat
mempengaruhi kehidupan.
Apa yang merupakan sistem paling kompleks di dunia ini? Mungkin satu
hal yang sampai sekarang masih belum bisa dimengerti manusia: otak manusia.
Otak manusia merupakan komputer tercanggih yang tidak mungkin bisa
ditandingi oleh komputer mana pun yang dibuat oleh manusia. Mungkin selama
ini kita jarang memperhatikan betapa kompleksnya otak yang menjadi penentu
setiap gerak-gerik dan tindakan kita ini.
Saat kita melihat cahaya terang yang menyilaukan secara otomatis kita
akan memicingkan mata. Sederhana sekali konsepnya! Sinar yang terang itu dapat
menyakiti dan merusak mata kita sehingga kita harus melindungi mata kita
dengan cara memicingkan mata. Saat panas terik kita sering memakai topi untuk
melindungi kepala kita dari sengatan matahari yang memusingkan. Saat hujan kita
langsung membuka payung untuk melindungi diri dari siraman air hujan yang bisa
membuat kita sakit. Saat kita mencium bau tak sedap, kita langsung menutup
hidung kita, mungkin dengan saputangan atau dengan tangan kita, untuk
mengurangi terhirupnya bau tak sedap itu. Saat kita haus, kita mencari air untuk
kita minum sehingga dapat mengembalikan kesegaran kita. Saat kita mengantuk
kita langsung mencari tempat tidur untuk mengistirahatkan badan dan menikmati
tidur lelap yang menyegarkan. Saat kita dikejutkan oleh seseorang atau suatu
peristiwa, kita sering berteriak secara spontan. Saat kita sedih kita mencucurkan
air mata dalam tangis kita. Saat kita mendengar suatu gurauan dan lelucon yang
lucu kita tertawa. Semuanya ini kejadian-kejadian yang sederhana dan selalu
terjadi setiap saat tanpa kita sadari. Kita seperti sudah diprogram untuk melakukan
itu semua. Benarkah semuanya sesederhana itu?
Saat kita merasa sedih, otak kita melakukan serangkaian pekerjaan yang
sangat kompleks. Di mata kita ada kelenjar air mata, yang paling besar namanya
lacrimal, yang tugasnya memproduksi air mata. Air mata yang keluar karena
sedih dan stres berbeda dengan air mata yang keluar saat mengiris bawang.
Sewaktu kita sedang sedih, protein dan hormon (contohnya mangan dan prolactin)
diproduksi 20-25% lebih banyak. Ini mengakibatkan terjadinya kepenuhan atau
kelebihan protein. Kelebihan protein dan hormon itu harus dikeluarkan supaya
sistem menjadi stabil kembali. Ini sama seperti membuang kotoran atau racun
yang sudah menumpuk. Bagaimana cara mengeluarkannya? Ya, dengan cara
menangis!
Saraf di otak mengirimkan gelombang sinyal listrik ke kelenjar air mata.
Ada bukaan kecil di bagian dalam mata kita yang jadi saluran keluarnya air mata.
Air mata mengucur terus sampai jumlah protein dan hormon sudah normal lagi.
Sewaktu jumlah protein dan hormon ini sudah stabil kembali, kita berhenti
menangis. Stres dan rasa sedih berkurang karena prolactin (prolactin ini dikenal
sebagai hormon stres) sudah banyak dikeluarkan waktu menangis. Jadi, semua
proses fisika-kimia yang sangat kompleks inilah yang bertanggung jawab dalam
membuat kita menangis saat kita sedih. Biasanya para wanita, terutama remaja,
lebih mudah menangis daripada pria. Gejala ini mungkin kita anggap sebagai
suatu kebudayaan yang terlahir karena kebiasaan atau pengaruh lingkungan.
Sebenarnya gejala ini merupakan hasil peristiwa fisika-kimia. Sewaktu masih
kecil (masih anak-anak) kemampuan menangis antara laki-laki dan perempuan
sama besarnya. Tetapi saat menginjak usia remaja atau di masa puber (sekitar 12-
18 tahun) tubuh wanita memproduksi prolactin lebih banyak dari pria. Ini
disebabkan adanya perkembangan kelenjar air susu, yang produksinya
berhubungan dengan hormon prolactin ini. Itulah sebabnya wanita lebih sering
menangis. Rata-rata wanita menangis empat kali lebih sering dibanding pria. Dan
ini bukan karena mereka cengeng! Wanita memang sering mendapat reputasi
negatif yaitu dianggap cengeng karena sangat mudah terpengaruh emosinya
sehingga sering menangis. Tetapi justru hal inilah yang membuat wanita lebih
sehat daripada pria. Racun kimia yang terbentuk dalam tubuh dapat dibuang
secara teratur melalui air mata. Pria yang susah menangis lebih banyak
menyimpan racun kimia ini di dalam tubuhnya.
Seluruh sistem kompleks yang terjadi dalam tubuh manusia ini tenyata
menghasilkan berbagai hal yang selalu kita lihat sebagai hal-hal yang sangat
sederhana dalam kehidupan sehari-hari. Konsep ini merupakan Teori
Kompleksitas yang merupakan kebalikan dari konsep Chaos. Kalau dalam konsep
Chaos semua yang kecil dan sederhana dapat menghasilkan sesuatu yang
kompleks, dalam Teori Kompleksitas sistem yang kompleks dapat memunculkan
(emerge) sesuatu yang sederhana.
Teori Kompleksitas ini sangat banyak ditemui di sekitar kita, tidak hanya
dalam sistem tubuh kita saja, seperti juga Chaos Theory. Burung-burung yang
terbang di udara dengan bebasnya sering kita anggap begitu sederhana. Padahal
burung-burung itu bisa terbang dengan memanfaatkan banyak aturan-aturan
(hukum-hukum) fisika yang kompleks. Begitu kompleksnya sehingga sampai
sekarang pun manusia tetap tidak bisa menandingi kemampuan terbang burungburung
dan binatang-binatang udara lainnya itu. Manusia hanya bisa meniru
sebagian konsep yang digunakan burung untuk terbang. Manusia
mengaplikasikannya dalam pesawat terbang dan berbagai alat transportasi udara
lainnya. Sayap burung menjadi fokus perhatian para fisikawan yang berusaha
mengembangkan dan menyempurnakan teknologi yang bisa mengatasi gravitasi
bumi itu.
Sayap pesawat meniru sayap burung dalam usahanya melawan gravitasi.
Ada aliran udara di atas dan di bawah sayap pesawat. Partikel-partikel udara yang
mengalir di bagian bawah sayap menabrak bagian bawah sayap pesawat itu.
Partikel-partikel yang menabrak ini lalu dipantulkan ke bawah (ke arah tanah).
Udara yang menghujani tanah ini merupakan gaya AKSI. Nah, ini baru aksi yang
disebabkan proses yang terjadi di bagian bawah sayap. Di bagian atas sayap, ada
proses lain yang juga menghasilkan aksi. Hukum-hukum yang dihasilkan oleh
Bernoulli dan Coanda ‘bekerja sama’ membentuk aksi ini. Sewaktu udara akan
mengalir di bagian atas sayap, tekanannya sebesar P1. Sesudah udara melewati
ujung atas sayap pesawat, tekanan udara tepat di bagian atas sayap tiba-tiba turun
menjadi P2. Karena perubahan tekanan ini terjadilah perubahan kecepatan
sehingga terbentuk gradien kecepatan (perbedaan kecepatan) yang menyebabkan
pesawat bergerak. Ini aturan dari Bernoulli. Buku-buku Fisika SMA yang selama
ini dijadikan pegangan utama siswa di sekolah banyak mengajarkan konsep yang
salah tentang aplikasi hukum Bernoulli ini. Dalam buku-buku tersebut dijelaskan
bahwa bagian atas dan bawah sayap mengalami perbedaan tekanan karena adanya
perbedaan kecepatan yang disebabkan perbedaan panjang lintasan yang harus
dilalui. Sayap pesawat biasanya dibuat melengkung sehingga lintasan di bagian
atas lebih panjang dari lintasan di bagian bawah. Padahal pada pesawat-pesawat
tempur sayap-sayapnya selalu dirancang mendatar (panjang lintasan sama). Jadi
ini merupakan penjelasan yang salah.
Ada satu lagi yang terjadi pada permukaan sayap pesawat. Menurut
Coanda, partikel-partikel fluida yang kontak dengan permukaan padat memiliki
kecenderungan untuk terus menempel di permukaan itu (dikenal sebagai Efek
Coanda). Ini dibuktikan jika kita memegang sebuah gelas yang terus diisi air
sampai luber dan tumpah ke luar, kita melihat aliran air menuruni permukaan
gelas. Partikel-partikel air itu tidak langsung jatuh ke bawah begitu saja. Justru
partikel-partikel air tetap menempel di permukaan gelas dan mengalir terus.
Partikel-partikel ini kemudian berkumpul di bagian bawah sampai menjadi berat,
baru kemudian airnya jatuh ke bawah. Kejadian yang sama terjadi di permukaan
sayap pesawat, partikel-partikel udara (sama-sama merupakan fluida) mengalir di
sepanjang permukaan atas sayap sampai mencapai ujung bawah sayap. Di ujung
bawah sayap itu partikel-partikel udara bergerombol dan bertambah terus sampai
akhirnya kelebihan berat dan berjatuhan (downwash). Siraman udara atau
downwash ini juga merupakan komponen gaya AKSI. Tanah yang menerima gaya
aksi ini pasti langsung memberikan gaya REAKSI (Hukum Ketiga Newton
tentang Aksi-Reaksi) yang besarnya sama dengan gaya aksi tetapi berlawanan
arah. Karena gaya aksinya menuju tanah (ke arah bawah), berarti gaya reaksinya
ke arah atas. Gaya reaksi inilah yang merupakan lift yang akhirnya bisa
mengangkat pesawat dan mengalahkan gaya berat akibat tarikan gravitasi bumi.
Betapa banyaknya aturan-aturan yang berlaku saat menerbangkan pesawat!
Aturan-aturan yang sama terjadi saat burung terbang dengan mulus dan indah.
Semua yang begitu kompleks ternyata bisa menghasilkan sesuatu yang sangat
sederhana, sesederhana burung yang terbang menjelajahi angkasa. Sederhana bagi
burung, tetapi sangat kompleks bagi manusia yang berusaha menirunya.
Begitulah Teori Chaos dan Teori Kompleksitas berjalan berdampingan.
Sistem yang sederhana dapat melahirkan sistem yang kompleks, dan sistem yang
kompleks dapat menampilkan sesuatu yang sangat sederhana. (Yohanes Surya)